10 April 2009

perahu ini masih diterjang badai(mu)

samuderaku,
sungguh, hingga detik ini aku masih belum bisa menyelamimu.
bukan, bukan, karena aku tak mampu.
aku yakin bukan karena itu,
tapi....pintumu masih kau tutup rapat bagiku,
hingga hari demi hari berlalu, perahu ini hanya diombang-ambingkan badai diatas samuderamu.

duhai samuderaku.......

melalui matamu kau tunjukan dalamnya kepedihan melukai hatimu....
dan aku bisa melihatnya....
dari tutur-tuturmu kau tunjukan dahsyatnya badai menghempas jiwamu...
dan aku masih bisa merasakannya...

hatiku belum mati untuk bisa merasakan itu semua...
kecuali kau minta aku mematikan semua bisikan hati ini,
atau kamu minta aku butakan mata hati ini,
agar tidak semakin terombang-ambing dahsyatnya gulungan ombakmu.

atau....
apakah harapan itu masih ada untukku?
meraihmu?

duhai samuderaku,
bila masih ada pintu menujumu, bukalah.....
sebelum harapan ini mati,
sebelum pelita ini membakar hatiku,
sebelum mata hati ini menjadi tumpul untuk memahamimu.

sungguh, aku berharap bisa menyelami samuderamu,
untuk meletakan cahaya di dasarnya
sebelum badai ini menghempaskanku kembali...



(untuk samuderaku yang tak henti bergolak)



Tidak ada komentar: