10 Desember 2012

Mati diseberang istana beton

Bangkai Musang Luwak (Paradoxus Hermaproditus)
Hancurnya ekosistem alami kawasan Bandung utara tidak hanya berdampak langsung pada masyarakat kota Bandung, beberapa satwa lokal endemikpun kerap menjadi korban.

Seperti yang terjadi pada minggu 9 Desember 2012 di kawasan Resort Dago Pakar Bandung, seekor musang luwak (Paradoxurus Hermaproditus) ditemukan mati di kawasan pemukiman mewah Resort Dago Pakar.


Kawasan ini awalnya adalah perkampungan yang ditutupi areal hijau hutan sekunder dan ladang-ladang tradisional. Namun kini telah berubah menjadi kawasan pemukiman mewah, vila-vila mewah, restoran dan hotel kelas atas, serta tempat-tempat hiburan kelas atas.

Musang luwak kerap dianggap sebagai pencuri ayam oleh masyarakat, namun pada kenyatannya sebagaian besar makanan yang dia konsumsi adalah dari buah-buahan atau biji-bijian, juga serangga dan beberapa jenis hewan kecil lainnya.

Hewan yang beraktivitas dimalam hari (nokturnal) ini nampaknya sudah tidak menemukan lagi sumber-sumber makanan dari habitat aslinya (apalagi di kawasan ini sudah tidak ada pula perkampuangan yang memelihara ayam-ayam kampung), sehingga harus berjuang mencari sumber makanan artifisial diantara dinding-dinding beton bangunan serba mewah.

Kerap dianggap hama, namun dalam ekosistem alami dia memiliki peran penting dalam proses penyebaran benih tanaman biji, yang dikeluarkan dari kotorannya, biji-biji tumbuhan yang telah terfermentasi alami melalui pencernaannya.

Masyarakat kalangan atas penggila kopi kini tak asing dengan kopi luwak yang harganya sangat mahal, namun belum tentu semua kalangan penggila kopi luwak ini memahami bagaimana hewan ini harus bertahan hidup dalam lingkungan yang tidak lagi alami seseuai kebutuhan dan habitat asilinya. Bahkan kopi luwak saat ini boleh jadi sebagian besar dihasilkan dari kerja artifisial (penangkaran) luwak yang tidak lagi bisa hidup merdeka di habitatnya.

* * *

1 komentar:

onal mengatakan...

Itu semua dampak dari pejabat-pejabat rakus serakah pemberi ijin