(Mudik menggunakan sepeda motor menjadi tren saat ini) |
Pola pembangunan yang lebih sentralistik yang berpusat di kota-kota besar berakibat pada aktifitas ekonomi dan distribusi uang, pendidikan dan kesejahtreraan lebih banyak berada di kota-kota besar di Indonesia. Inilah penyebab derasnya masyarakat daerah berbondong-bondong malakukan urbanisasi menuju pusat-pusat perkotaan, hingga bagi masyarat umum tempat yang dituju dalam proses merantau identik dengan tempat yang harus jauh lebih baik kondisi ekonomi, pendidikan dan kehidupan sosialnya.
Namuh khusus pulau Jawa yang penduduknya lebih padat dibanding pulau-pulau lain di nusantara, proses merantau tidak hanya dilakukan menuju pusat-pusat kota melainkan juga ke pulau-pulau lain yang masih jarang penduduk. Melalui proses transmigrasi yang sudah dikenal dan dilakukan pada masa kolonial Belanda, proses merantau menunjukan bahwa tidak selalu tempat yang dituju adalah yang memiliki kondisi sosial ekonomi lebih baik dari tempat sebelumnya. Pada masa Orde Baru model ini bahkan dikelola pada level departemen khusus(kementerian). Meskipun proses merantau itu dilatarbelakangi berbagai kondisi yang berbeda, namun pada prinsipnya memiliki kesamaan dalam tujuan, yaitu impian mendapatkan hidup yang lebih baik dibanding apabila tetap tinggal di tanah leluhur.
Merantau sudah menjadi kegiatan turun-temurun yang umum di nusantara tak terkecuali apapun sukunya. Namun beberapa budaya masyarakat seperti di pulau Jawa kebutuhan berkumpul dan bersilaturhim dengan keluarga dan kerabat, berbagi rejeki dan kebahagiaan serta menyandarkan diri pada nilai-nilai primordial dan tanah leluhur tetap melekat erat dan tidak pudar hingga saat ini. Tak bisa dipungkiri istilah "Makan tidak makan asal kumpul" setidaknya menunjukan betapa kuatnya prinsip akan kebersamaan dibangun dalam tatanan keluarga.
Bagi para perantau, hari raya keagamaan (terutama Idul Fitri) menjadi sebuah peristiwa penting dan tepat untuk memenuhi kebutuhan akan nilai-nilai primordial diatas, berkumpul bersama keluarga di tanah leluhur. Meskipun pada prakteknya saat ini aktifitas pulang dari rantau pada perayaan Idul Fitri pada saat ini bukan hanya dilakukan oleh masyarakt muslim semata.
Tidak heran kemudian masyarakat lazim memaknai Idul Fitri tidak hanya sekedar dari aktifitas agama dan rohai semata untuk kembali ke fitrah, namun juga mewujud dalam praktek fisik melalui upaya kembali ke kampung halaman, berkumpul dan bersilaturhmi dengan keluarga dan para leluhur. Hingga meskipun para leluhur itu sudah tidak ada, kebutuhan menyandarkan diri pada nilai-nilai leluhur masih bisa dilihat dalam wujud budaya nyekar atau mengunjungi dan mendoakan para leluhur di makamnya pada masa hari raya. Betapa pentingnya kampung halaman dan tanah leluhur bagi para perantau ini.
Dalam tujuan memenuhi kebutuhan itulah maka ajang peristiwa pergerakan massal masyarakat dari tempat-tempat perantauan, dari kota-kota besar ataupun dari seberang pulau bahkan seberang negara mennjadi suatu pola rutin yang menyertai perayaan hari raya Idul Fitri ini. Proses yang dilakukan secara berulang dari tahun ke tahun yang selalu mengiringi perayaan keagamaan inilah yang lambat laut dikenal sebagai budaya mudik. Mudik diartikan sebagai kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya (Wikipedia).
Terakhir, karena mudik sendiri bukanlah substansi dari sebuah tradisi, melainkan sarana atau jembatan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih substansialdari tradisi yang lebih utama yaitu berkumpul, bersilaturhmi, memberi penghormatan pada orangtua dan leluhur, atau bahkan sebagai perwujudan rasa hormatnya pada tanah leluhur.
Namun karena peristiwa pulang kampung ini dilakukan secara masal setiap menjelang Idul Fitri, maka inilah yang membuat kegiatan mudik memiliki peran penting dalam menggenapi keagungan perayaan hari raya bagi masyarakat Indonesia. Peristiwa yang hanya terjadi di Indonesia ini lambat laun menjadi tradisi yang tidak bisa dipisahkan setiap Idul Fitri. Peristiwa ini menunjukan masih kuatnya mayoritas masyarakat muslim Indonesia menyandarkan diri pada nilai-nilai tradisi budaya primordial yang diwariskan leluhur, disamping memperlihatkan tentang kegiatan merantau ke tempat yang jauh dari kampung halaman menjadi sesuatu yang sudah dilakukan begitu banyak masyarakat secara turun temurun di negeri ini.
* * * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar