17 Oktober 2010

dididik menjadi peng'ekor

Masih mengungkit tentang dunia pendidikan negeri ini ...
Rekaman bobodoran dalam bahasa sunda (Cerita Cangehgar) ini saat pertama kudengar spontan membuat tertawa, karena keluguan dan kepolosan berpikir anak-anak dalam alur ceritanya, berpadu dengan bebasnya ekspresi imajinasi dunia mereka dihadapan pemikiran orang dewasa (gurunya) pada akhir cerita.

Cangehgar | Satuju.Mp3 | satuded1.blogspot.com

Seandainya saja cerita percakapan kelas ini dilanjutkan hingga akhir yang lain, maka bukan tidak mungkin di akhir sesi si ibu guru akan menyalahkan jawaban murid-muridnya ....

Dalam realitas sesungguhnya cerita ini bukan tidak mungkin terjadi, malahan bahkan sudah terjadi, dan masih terjadi dalam dunia pendidikan di negeri ini. Negeri dimana pendidikan yang diajarkan banyak yang masih hanya berupa 'penjejalan' doktrin satu arah dari orang dewasa yang notabene menjadi pendidik(guru maupun dosen) kepada warga didiknya, dengan mengabaikan ekspresi imajinasi dan berpikir imajinatif kreatif warga didiknya yang masih lugu(anak-anak).

Warga didik hanya kerap diajarkan 'membebek', harus tunduk dan membenarkan apa yang menjadi konsep kebenaran menurut pendidiknya, bahkan hingga dunia pendidikan tinggi sekalipun.

Anak-anak menjadi tidak bebas mengekspresikan kebenaran pemahamannya yang berlandaskan kejujuran empiris yang dialaminya (seperti juga cerita sekolahan di mata keponakan kecilku)
Yang membuat imajinasinya terkekang atau dikekang oleh kendali konsep kebenaran dan pemahaman orang dewasa yang menjadi pendidiknya hingga mereka kerap menjadi takut mengemukakan 'kebenaran' dalam pandangannya.

Akan seperti apa generasi-generasi baru negeri ini kelak bila mereka saat ini hanya dijejali 'ekspresi nafsu' orang dewasa yang mengabaikan kebutuhan dan ekspresi jujur anak-anak?

Semoga generasi yang menjadi pendidik-pendidik mereka saat ini bukanlah golongan 'memble' yang tidak mampu menumbuhkan dan membangun karakter luhur warga didiknya(karena merekapun gagal membangun karakternya), apalagi akan tambah celaka kalau anak-anak ini dijerumuskan dalam(pada) tangan-tangan yang tidak memiliki kompetensi di bidangnya.

* * * * *


Tidak ada komentar: