Satu bagian yang tiba-tiba diingat kembali dan pernah (sekedar) tercatat disini
* * *
Saat kutinggalkan kota ini, telah kuniatkan menggeser waktuku di isya nanti, dengan penuh harap umurku masih tersisa hingga malam nanti. Namun tetap saja rasa cemburuku meluap ketika bis melewati masjid-masjid kecil yang didalamnya beberapa syaf ma'mum nampak dalam sujud, syahdu. Aku merindu ada diantara mereka saat itu.
Senja rebah bersama orang-orang yang kelelahan setelah seharian menyebar dan berikhtiar di permukaan bumi, kemudian bersujud khusyu menunaikan bukti penghambaannya berhamparkan sajadah, disaat jangkrik-jangkrik menyempurnakan sujudnya melalui ritual gesekan biola sepasang sayapnya, bersama segenap serangga malam yang juga bersujud penuh penghambaan sesuai tugas takdirnya.
Senja rebah bersama berlaksa awan yang menyempurnakan sujudnya membalut punggung-punggug gunung yang nampak kelelahan diantara perpaduan saputan rona jingga dan tirai langit yang mulai gelap.
Senja rebah bersama pegunungan yang menyempurnakan sujudnya memantulkan kumandang adzan yang menyeruak dari atap-atap kubah masjid, melesat bertunggang pembawa kabar gembira.
Senja rebah bersama sang pembawa kabar gembira yang menyempurnakan sujudnya mengantarkan kumandang adzan melintasi petak-petak sawah, kebun, mendaki perbukitan, atau kadang turun ke lembah-lembah, menyusup diantara dinding-dinding pemukiman kampung sembari sesekali jemarinya memainkan pucuk-pucuk pepohonan serta membelai kepenatan orang-orang yang letih di ujung petang setelah berikhtiar seharian.
Senja rebah bersama bulir-bulir kristal bening yang merembes tiba-tiba, dari dua kelopak mata, diantara suasana hati yang begitu syahdu, mengingat keagunganNya.
Tasik – Bandung, 05mei - juni - 04juli 2008.
Segala sesuatu yang hidup, sesungguhnya selalu bersujud, Kecuali manusia,Karena sujud harus menjadi pilihan yang sadar (Kabir Helminski)
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar